Pengikut

Minggu, 31 Maret 2013

Cerita-cerita kecil Shalat tahajud

Cerita Kecil Tahajjud : Abu Yazid Al-Bisthami
 
Ketika sedang shalat tahajjud, dia melihat anaknya yang masih kecil bangun disampingnya. Dia merasa kasihan kepada anak itu karena malam begitu dingin. Oleh Karena itu Dia berkata, “Anakku, tidurlah! Malam masih panjang.” Namun, anak itu berkata,” Tetapi mengapa ayah bangun?”
Abu yazid menjawab,” Anakku, Dia telah memintaku agar bangun untuk-Nya.” Anak itu berkata,” aku telah menghafal firman Allah Swt., Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang -orang yang bersamamu.(QS AL MUZZAMIL [73]: 20) Siapakah mereka yang berdiri bersama Nabi Saw.?”
Abu yazid menjawab,”Mereka adalah para sahabatnya” Anak itu berkata, “Jangan larang aku untuk menemanimu dalam ketaaatan kepada Allah.”
Abu yazid kebingungan dan berkata,” Anakku, kamu masih kanak-kanak, belum baligh”
Anak itu berkata,”Ayah, aku melihat ibu menyalakan api dari potongan-potongan ranting yang kecil lalu menjalar ke kayu yang besar. Aku takut Allah menyiksa kami (anak-anak) lebih dahulu daripada orang-orang dewasa jika kami lalai untuk taat kepada-Nya.”
Ketika itu, Abu yazid merinding karena takut kepada Allah. Dia berkata “Subhanallah. Anakku, bangunlah!! Kamu lebih pantas berdiri dihadapan Allah dari pada ayahmu!!”
BAGAIMANA ANDA MENDIDIK ANAK ANDA DIRUMAH?? Dengan pekik kesakitan-nya kah? Dengan tangan besikah? Dengan gaya “anak kesayangan?”-kah, atau dengan KEDAHSYATAN seperti yang dilakukan Abu Yazid Al Bisthami?
Jika anda tidak memikirkannya mulai sekarang, kapan lagi? Saat anda kesakitan dihimpit kubur dan tak ada doa penyejuk dari anak anda? Atau saat ditanya oleh Sang Pemilik Barat dan Timur tentang amanat yang dititipkan ke anda?? Tolong sedikit saja direnungkan akhi/ukhti..


Cerita Kecil Tahajjud : Umar bin Abdul Aziz
Suatu ketika, istri Umar, Fathimah, menangis hingga matanya bengkak. Dua saudaranya, Maslamah binAbdul Malik dan Hisyam bin Abdul Malik menemuinya dan bertanya, “Apa yang telah terjadi padamu? Apakah kamu bersedih karena suamimu? Dia memang pantas untuk membuatmu bersedih. Atau, apakah kamu kehilangan bagian dari keduniaan? Bukankah kami beserta harta dan keluarga kita ada di hadapanmu?” Dia menjawab “Bukan. Tidak satu pun dari semua itu yang membuatku bersedih. Akan tetapi, pada malam tadi, aku melihat suatu pemandangan aneh pada dirinya. Aku tahu, pasti ada perkara besar dan menakutkan yang membuatnya berprilaku seperti itu. Sungguh, jika aku mengetahui nya, hatiku akan tenang.”
Kedua saudaranya bertanya, : Apa yang kamu lihat pada dirinya?” Fathimah menjawab, : Pada malam itu aku melihat dia sedang shalat. Ketika membaca ayat’ Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran dan gunung – gunung seperti bulu yang dihamburkan-hamburkan (QS Al Qari’ah [101] :4-5) dia menjerit,’Oh! Betapa buruk keadaanku pada subuh ini!’ Kemudian, dia duduk dan merebahkan diri. Dia mulai bersikap dingin kepadaku. Aku mengira bahwa nyawanya akan melayang. Kemudian, dia menjadi tenang sehingga aku mengira bahwa dia telah wafat. Lalu, dia siuman dan berkata, ‘Oh! betapa buruk keadaanku pada subuh ini!’ Kemudian dia duduk, lalu mulai mondar-mandir di dalam rumah. Dia berkata, ‘Celakalah aku! Bagaimana keadaanku pada hari manusia seperti anai-anai yang betebaran dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.’ Demikian keadaannya hingga terbit fajar. Kemudian, dia jatuh seperti mayat hingga terdengar suara azan untuk shalat subuh. Demi Allah, setiap kali mengingat kejadian pada malam itu, aku tidak sanggup menahan tetesan air mata (Sirah wa Manaqib ‘Umar bin Abdul Aziz karya Ibn Al-Jauzi, h.323.324)
Ya Robb. Berikankah dihati kami NYAWA disetiap ayat-Mu, biarlah dada ini berat, biarlah nafas ini tersengal dan beratnya ketukan jantung serta biarlah dahaga ujung mata ini terpenuhi dengan derasnya air mata kerinduan memenuhi panggilan Mu di ujung malam ini. Ahh. aku rindu malam-Mu ya Robb

 Cerita Kecil Tahajjud : ‘Ibad bin Basyar r.a
Jabir bin Abdullah berkata “Kami pergi bersama Rasulullah Saw. Dibelakang kami ada seorang laki-laki yang menguntit kami. Dia bersumpah tidak akan berhenti sebelum dapat menumpahkan darah para sabagat Muhammad. Dia pun mengikuti jejak kami. Disuatu tempat, Rasulullah minta singgah untuk rehat. Beliau lalu memberikan mandate keamanan kepada ‘Ammar bni Yasir, sementara ‘Ibad bin Basyar melakukan shalat.
Penguntit tadi datang. Dia mengarahkan panahnya kepada Ibad bin Basyar sehingga mengenainya. Ibad mencabut tiga anak panah yang menancap di tubuhnya. Namun, dia terus ruku’ dan sujud. Kemudian, Rasulullah bangun. Ketika mengetahui hal tersebut, para sahabat yang menyertai perjalanan Rasulullah bernazar untuk membunuh orang itu. Seseorang sahabat Muhajirin yang melihat keadaan Ibad langsung berkata ” Subhanallah.. mengapa engkau tidak membangunkan ku ketika pertama kali terkena panah?” Ibad menjawab, “aku sedang shalat dengan membaca Surah Al-Kahfi. Aku tidak ingin menghentikannya” (HR Abu dawud, Ibn Hibban, dan Al-Hakim)
Hai pelamar dan perindu bidadari, Bangunlah, niscaya kau menyuntingnya, Lawanlah nafsu dengan ketabahan melepaskannya, Bangun malam merupakan mahar untuknya, Wahai peminang bidadari jika kau mau, Inilah waktunya menyerahkan mahar !!

Cerita Kecil Tahajjud : ALI BIN ABI THALIB R.A
Dalam Dhirar Al-Shida’i, disebutkan ungkapan yang menggambarkan keadaan ‘Ali r.a, “Dia merasa asing terhadap dunia dan segala dan keheningannya. Saya bersaksi bahwa saya telah melihatnya di beberapa tempat berdirinya. Ketika malam telah melabuhkan tirainya dan bintang-bintang telah redup cahayanya, dia berdiri di mihrabnya sambil memegang janggutnya. Dia menggerakkan tubuhnya (dalam shalat) seperti orang yang kuat dan menangis seperti orang yang bersedih. Dia berkata “Hai dunia, tipulah orang lain selainku. Engaku telah menampakkan diri padaku dan merindukanku. Sayang, aku telah menceraikanmu dengan talak tiga tanpa ada peluang untuk rujuk lagi. Umurmu pendek, penghisabanmu sulit, dan bahayamu sangat besar. Oh, betapa sedikitnya bekalku, betapa panjang perjalananku, dan betapa sunyi jalanku.”
Ali r.a berkata ” berbahagialah jiwa yang menunaikan kewajibannya kepada Tuhannya, yang menahan kesedihannya, dan matanya tidak terpejam pada malam hari. Apabila kantuk menyerangnya, dia terlentang di atas lantai dan berbantalkan telapak tangannya. Matanya terus terjaga karena takut pada tempat kembali di akhirat nanti. Lambungnya jauh dari tempat tidurnya. Bibirnya selalu basah dengan zikir kepada Allah. Karena istigfar yang terus menerus,dosa-dosanya berguguran bagaikan daun di musim kering. Itulah jiwa yang pantas masuk kedalam golongan Allah.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar