Cerita Kecil Tahajjud : Abu Yazid Al-Bisthami
Ketika sedang shalat tahajjud, dia melihat anaknya yang masih kecil
bangun disampingnya. Dia merasa kasihan kepada anak itu karena malam
begitu dingin. Oleh Karena itu Dia berkata, “Anakku, tidurlah! Malam
masih panjang.” Namun, anak itu berkata,” Tetapi mengapa ayah bangun?”
Abu yazid menjawab,” Anakku, Dia telah memintaku agar bangun
untuk-Nya.” Anak itu berkata,” aku telah menghafal firman Allah Swt.,
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang
dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan
(demikian pula) segolongan dari orang -orang yang bersamamu.(QS AL
MUZZAMIL [73]: 20) Siapakah mereka yang berdiri bersama Nabi Saw.?”
Abu yazid menjawab,”Mereka adalah para sahabatnya” Anak itu berkata,
“Jangan larang aku untuk menemanimu dalam ketaaatan kepada Allah.”
Abu yazid kebingungan dan berkata,” Anakku, kamu masih kanak-kanak, belum baligh”
Anak itu berkata,”Ayah, aku melihat ibu menyalakan api dari
potongan-potongan ranting yang kecil lalu menjalar ke kayu yang besar.
Aku takut Allah menyiksa kami (anak-anak) lebih dahulu daripada
orang-orang dewasa jika kami lalai untuk taat kepada-Nya.”
Ketika itu, Abu yazid merinding karena takut kepada Allah. Dia
berkata “Subhanallah. Anakku, bangunlah!! Kamu lebih pantas berdiri
dihadapan Allah dari pada ayahmu!!”
BAGAIMANA ANDA MENDIDIK ANAK ANDA DIRUMAH?? Dengan pekik
kesakitan-nya kah? Dengan tangan besikah? Dengan gaya “anak
kesayangan?”-kah, atau dengan KEDAHSYATAN seperti yang dilakukan Abu
Yazid Al Bisthami?
Jika anda tidak memikirkannya mulai sekarang, kapan lagi? Saat anda
kesakitan dihimpit kubur dan tak ada doa penyejuk dari anak anda? Atau
saat ditanya oleh Sang Pemilik Barat dan Timur tentang amanat yang
dititipkan ke anda?? Tolong sedikit saja direnungkan akhi/ukhti..
Cerita Kecil Tahajjud : Umar bin Abdul Aziz
Suatu ketika, istri Umar, Fathimah, menangis hingga matanya bengkak.
Dua saudaranya, Maslamah binAbdul Malik dan Hisyam bin Abdul Malik
menemuinya dan bertanya, “Apa yang telah terjadi padamu? Apakah kamu
bersedih karena suamimu? Dia memang pantas untuk membuatmu bersedih.
Atau, apakah kamu kehilangan bagian dari keduniaan? Bukankah kami
beserta harta dan keluarga kita ada di hadapanmu?” Dia menjawab “Bukan.
Tidak satu pun dari semua itu yang membuatku bersedih. Akan tetapi, pada
malam tadi, aku melihat suatu pemandangan aneh pada dirinya. Aku tahu,
pasti ada perkara besar dan menakutkan yang membuatnya berprilaku
seperti itu. Sungguh, jika aku mengetahui nya, hatiku akan tenang.”
Kedua saudaranya bertanya, : Apa yang kamu lihat pada dirinya?”
Fathimah menjawab, : Pada malam itu aku melihat dia sedang shalat.
Ketika membaca ayat’ Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran dan gunung – gunung seperti bulu yang dihamburkan-hamburkan
(QS Al Qari’ah [101] :4-5) dia menjerit,’Oh! Betapa buruk keadaanku
pada subuh ini!’ Kemudian, dia duduk dan merebahkan diri. Dia mulai
bersikap dingin kepadaku. Aku mengira bahwa nyawanya akan melayang.
Kemudian, dia menjadi tenang sehingga aku mengira bahwa dia telah wafat.
Lalu, dia siuman dan berkata, ‘Oh! betapa buruk keadaanku pada subuh
ini!’ Kemudian dia duduk, lalu mulai mondar-mandir di dalam rumah. Dia
berkata, ‘Celakalah aku! Bagaimana keadaanku pada hari manusia seperti
anai-anai yang betebaran dan gunung-gunung seperti bulu yang
dihambur-hamburkan.’ Demikian keadaannya hingga terbit fajar. Kemudian,
dia jatuh seperti mayat hingga terdengar suara azan untuk shalat subuh.
Demi Allah, setiap kali mengingat kejadian pada malam itu, aku tidak
sanggup menahan tetesan air mata (Sirah wa Manaqib ‘Umar bin Abdul Aziz
karya Ibn Al-Jauzi, h.323.324)
Ya Robb. Berikankah dihati kami NYAWA disetiap ayat-Mu, biarlah dada
ini berat, biarlah nafas ini tersengal dan beratnya ketukan jantung
serta biarlah dahaga ujung mata ini terpenuhi dengan derasnya air mata
kerinduan memenuhi panggilan Mu di ujung malam ini. Ahh. aku rindu
malam-Mu ya Robb
Cerita Kecil Tahajjud : ‘Ibad bin Basyar r.a
Jabir bin Abdullah berkata “Kami pergi bersama Rasulullah Saw.
Dibelakang kami ada seorang laki-laki yang menguntit kami. Dia bersumpah
tidak akan berhenti sebelum dapat menumpahkan darah para sabagat
Muhammad. Dia pun mengikuti jejak kami. Disuatu tempat, Rasulullah minta
singgah untuk rehat. Beliau lalu memberikan mandate keamanan kepada
‘Ammar bni Yasir, sementara ‘Ibad bin Basyar melakukan shalat.
Penguntit tadi datang. Dia mengarahkan panahnya kepada Ibad bin
Basyar sehingga mengenainya. Ibad mencabut tiga anak panah yang menancap
di tubuhnya. Namun, dia terus ruku’ dan sujud. Kemudian, Rasulullah
bangun. Ketika mengetahui hal tersebut, para sahabat yang menyertai
perjalanan Rasulullah bernazar untuk membunuh orang itu. Seseorang
sahabat Muhajirin yang melihat keadaan Ibad langsung berkata ”
Subhanallah.. mengapa engkau tidak membangunkan ku ketika pertama kali
terkena panah?” Ibad menjawab, “aku sedang shalat dengan membaca Surah
Al-Kahfi. Aku tidak ingin menghentikannya” (HR Abu dawud, Ibn Hibban,
dan Al-Hakim)
Hai pelamar dan perindu bidadari, Bangunlah, niscaya kau
menyuntingnya, Lawanlah nafsu dengan ketabahan melepaskannya, Bangun
malam merupakan mahar untuknya, Wahai peminang bidadari jika kau mau,
Inilah waktunya menyerahkan mahar !!
Cerita Kecil Tahajjud : ALI BIN ABI THALIB R.A
Dalam Dhirar Al-Shida’i, disebutkan ungkapan yang menggambarkan
keadaan ‘Ali r.a, “Dia merasa asing terhadap dunia dan segala dan
keheningannya. Saya bersaksi bahwa saya telah melihatnya di beberapa
tempat berdirinya. Ketika malam telah melabuhkan tirainya dan
bintang-bintang telah redup cahayanya, dia berdiri di mihrabnya sambil
memegang janggutnya. Dia menggerakkan tubuhnya (dalam shalat) seperti
orang yang kuat dan menangis seperti orang yang bersedih. Dia berkata
“Hai dunia, tipulah orang lain selainku. Engaku telah menampakkan diri
padaku dan merindukanku. Sayang, aku telah menceraikanmu dengan talak
tiga tanpa ada peluang untuk rujuk lagi. Umurmu pendek, penghisabanmu
sulit, dan bahayamu sangat besar. Oh, betapa sedikitnya bekalku, betapa
panjang perjalananku, dan betapa sunyi jalanku.”
Ali r.a berkata ” berbahagialah jiwa yang menunaikan kewajibannya
kepada Tuhannya, yang menahan kesedihannya, dan matanya tidak terpejam
pada malam hari. Apabila kantuk menyerangnya, dia terlentang di atas
lantai dan berbantalkan telapak tangannya. Matanya terus terjaga karena
takut pada tempat kembali di akhirat nanti. Lambungnya jauh dari tempat
tidurnya. Bibirnya selalu basah dengan zikir kepada Allah. Karena
istigfar yang terus menerus,dosa-dosanya berguguran bagaikan daun di
musim kering. Itulah jiwa yang pantas masuk kedalam golongan Allah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar